Friday, January 8, 2010

Memahami Popularitas Gus Dur

Gus Dur populer. Kita tahu hal itu. Namun, popularitas Gus Dur seperti yang dimanifestasikan oleh publik menyertai wafatnya, sungguh luar biasa.

Berhari-hari setelah kepergian dan pemakamannya, umat masih berdatangan. Peringatan dilakukan di banyak tempat. Pertanda popularitasnya di beragam umat beragama makin jelas, nyata, dan mengharukan. Gus Dur tokoh pemimpin yang ternyata populis dan karena itu populer.

Bisa dimengerti jika pemimpin apalagi pemimpin yang memegang jabatan tinggi menjaga jarak, misalnya karena pertimbangan keamanan dan protokol. Akan tetapi, rupanya, meskipun jarak pemimpin dan rakyat banyak bisa dipahami, rakyat banyak apalagi sebagai massa toh mendambakan pemimpin yang tanpa jarak dengan rakyat. Pembawaan, karakter, dan sosok itu ada pada Gus Dur.

Simbol yang tetap disertai tandanya itu kita saksikan dan disaksikan oleh rakyat banyak ketika Gus Dur masih sebagai Presiden tampil dengan hanya berpakaian celana pendek di beranda Istana. Pemimpin apalagi presiden yang adalah pula kepala negara terikat oleh protokol. Protokol mengatur busana serta gerak langkah yang berfungsi menjaga sosok dan kepribadiannya sebagai bukan sekadar pemimpin, melainkan kepala negara. Bukan hanya dalam kerajaan yang feodal, kepala negara terikat etiket berbusana. Presiden dari republik yang berdemokrasi pun terikat oleh ketentuan itu.

Gus Dur merupakan kekecualian yang ternyata mau dan mampu keluar dari ikatan ketat itu tanpa menimbulkan sebutlah sesuatu yang oleh publik termasuk oleh elite dipandang sebagai sosok pemimpin yang tak bisa diterima atau sekurang-kurangnya mengganggu. Dan kenyataan itulah salah satu ciri kepribadian Gus Dur. Publik pun maklum, sosoknya yang tampak itu bukan dibuat-buat, memang itulah ekspresi dan cermin dari pribadi dan kepribadiannya. Populis bukan saja dalam ideologi, doktrin, dan politik, tetapi juga dalam sosok pribadinya.

Namun, kita toh tetap melihat faktor lain yang ada pada almarhum. Yakni, sikap dasarnya dalam ekspresi kehidupannya yang memang lebih sederhana, apa adanya, dan karena itu secara lahiriah pun almarhum dekat dengan rakyat banyak. Dengan memahami bahwa setiap perbandingan adalah timpang, dalam konteks makna dan ekspresi gaya hidup, Gus Dus mengingatkan pada Mahatma Gandhi. Gus Dur dekat dengan hati rakyat banyak bukan hanya karena pandangan keagamaan dan politiknya, tetapi juga dalam sikap serta gaya hidupnya.

Pandangan tentang kesederhanaan Gus Dus dalam sikap, cara, dan gaya hidup adalah faktor yang melengkapi pandangan dan sikap keagamaannya, menghormati setiap agama, melindungi kebebasan merupakan sikap dasar. Faktor itu juga ikut membangkitkan solidaritas, popularitas, dan keakrabannya dengan rakyat banyak.

Tajuk Rencana KOMPAS, 4 Januari 2010