Beliau Syeikh Prof. Dr. Nursamad Kamba-lah yang meneguhkan keyakinan dan ilmu bahwa yang ditempuh oleh pergerakan zaman yang bernama Maiyah adalah Jalan Nubuwah. Jalan Kenabian. Itu bukan klaim bahwa Maiyah adalah shirath an-Nubuwah sedang yang lainnya bukan atau tidak. Peneguhan Syeikh bermakna suatu pengetahuan baqa’ bahwa tidak ada jalan lain yang seyogianya ditempuh oleh umat manusia selain Jalan Nubuwah. Itu kalau manusia legawa hatinya memastikan dirinya bersikap ilmiah terhadap kehidupan, berkesadaran historis dan realistis terhadap asal-usul dan tujuan kehidupan semua makhluk Allah Swt.
Kita semua hidup, dididik dan dibesarkan oleh ilmu dan sikap yang menggambarkan “supremasi manusia” atas segala sesuatu yang lain, termasuk Tuhan. Peradaban ilmu dan kebudayaan manusia abad 20-21 sangat mencerminkan mungguhnya hati makhluk yang bernama manusia. “GR”. Ananiyah. Abaa wastakbara. Fir’aunistik. Baik dalam arti dan konteks keberkuasaan atas alam dan sesama manusia, maupun ideologi diam-diam di dalam struktur berpikir dan sistem psikologi mereka yang sangat cenderung menuhankan dirinya sendiri dan meletakkan Allah Swt sebagai pelengkap penderita dari kepentingannya, dari ambisinya, dari ilmunya, serta segala kosmos sangkan-parannya.
Saya tidak sekolah secara normal sebagaimana umumnya remaja dan kaum muda di dunia modern. Bahkan juga tidak menguningkan pemahaman saya dengan kitab-kitab pesantren tradisional. Saya gelandangan ilmu dan kehidupan dalam arti yang sebenarnya. Saya tidak punya bahan untuk mempertahankan kepada sesama manusia kenapa saya memilih “jalan sunyi” yang jauh dari riuh rendah zaman. Saya tidak punya ilmu untuk berargumentasi. Saya tidak punya kepustakaan untuk membela diri. Saya bersembunyi di Gua Iman dan Cinta diam-diam kepada dan dengan Allah saya, yang saya dekati, sentuh dan rasakan secara apa adanya kehidupan batin saya.
Saya mengalami penindasan, pencekalan, penentangan, permusuhan, sinisme atau bentuk macam-macam lainnya selama Orla, Orba hingga Orlaba sekarang ini. Sudah pasti Allah melindungi siapapun hamba-hamba-Nya yang menurut Allah memang seharusnya dilindungi. Tetapi pasti perlindungan Allah kepada saya belum pernah dan mungkin memang tidak akan pernah sampai ke taraf perintah sebagaimana yang Allah berikan kepada Nabi Musa atas Fir’aun, Nabi Ibrahim atas Namrud atau Nabi Muhammad Saw atas kejahiliyahan zaman. Saya hanya ditakdirkan menjadi seonggok kerikil di tepian sungai, yang dilindungi-Nya untuk tidak kintir atau terseret oleh arusnya.
Beliau adalah Marja’ Maiyah dalam arti yang sebenarnya. Dalam segala makna dan dimensi. Ilmunya, uswatun hasanah hidupnya, harmoni keluarganya, ketabahan dan kesabaran hatinya, keluasan dan kelembutan jiwanya, keterukuran dan kesantunan sikap sosialnya. Jangan tanya lagi hal keluasan pengetahuannya serta kedalaman ilmunya.
Banyak hal yang Jamaah Maiyah harus lakukan sesudah proklamasi kemerdekaan Syekh Kamba dari dunia yang hina dina ini. Meneliti kembali, mengingat-ingat, mencatati, dan menghimpun segala ilmu dan hikmah yang pernah beliau taburkan selama sekian tahun beliau menemani dan menjadi pemandu Maiyah. Beliau adalah Qaryatul ‘Ilmi, kampung halaman ilmu Maiyah kita bersama. Di dalam jiwa saya dan semua Jamaah Maiyah, pagi ini terdapat lubang sangat besar. Lubang duka tak terkira. Lubang hampa. Lubang derita. Tapi semoga Allah akan mengisinya dengan makna.
إنا لله وإنا إليه راجعون
بقلوب مؤمنة بقضاء الله وقدره ومليئة بالحزن والأسى نشاطر الأحزان للأستاذة فاتن حمامة وأولادها وأحفادها بوفاة الشبخ الحبيب الغالي الأستاذ الدكتور محمد نور صمد كمبا
ونسال الله ان يتغمده بواسع رحمته ومغفرته ويسكنه فسيح جناته
اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه وأكرم نزله ووسع مدخله واغسله بالماء والثلج والبرد ونقه من الذنوب والخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس
برحمتك الواسعة يا أرحم الراحمين
(احمد فؤاد أفندي والزوجة الكريمة أضحية جواهر وجميع الأولاد والأحفاد)
Nama aslinya Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal Cak Nun atau Mbah Nun,
Tokoh Budayawan dan Intelektual Muslim Indonesia,
Penggiat Jamaah Maiyah.
CAKNUN.COM