Sunday, June 8, 2014

Kecewa pada Tokoh-Tokoh Panutan yang Berkampanye Hitam


Seakan kehabisan amunisi, satu per-satu jurus “bencilah dia!” diluncurkan. Slogan-slogan sederhana, ungkapan-ungkapan singkat tanpa makna, dari cara halus sampai terang-terangan, semua tertuju pada satu tujuan, “bencilah dia!”

Ada beberapa pertanyaan, ada yang bisa bantu jawab? Karena pertanyaan ini adalah pertanyaan yang juga sama dengan pertanyaan milik ratusan bahkan mungkin jutaan warga Indonesia.

Kalau Prabowo memang terbukti terlibat dalam kasus penculikan tahun 1998, mengapa PDI-P dalam pemilu tahun 2009 mau menggandeng beliau dan menyatakan dia adalah sosok yang bersih? Bersih dari isu kasus ‘98 itu?

Kalau Prabowo memang terbukti terlibat dalam kerusuhan Mei ‘98, lalu mengapa ketika negara sangat kacau kala itu, beliau malah ditolak saat meminta bantuan pesawat Hercules pada Panglima TNI saat itu, dan akhirnya Prabowo harus mencarter pesawat sendiri?

Kalau Prabowo memang terlibat kasus HAM ‘98, mengapa saat negara chaos karena kerusuhan di Jakarta, Panglima TNI saat itu malah ‘plesir’ ke Malang hanya untuk menghadiri upacara seremonial yang sebenarnya bisa diwakilkan?

Kalau Prabowo memang terlibat kasus penembakan ‘98, lalu kenapa peluru kaliber yang digunakan ternyata adalah milik Polri? Padahal satu-satunya pihak yang memiliki garis komando kepada Polri saat itu hanyalah Panglima TNI!

Kalau Prabowo memang sudah terbukti terlibat dalam berbagai kasus ‘98, apa bukti otentik secara hukum yang memutuskan secara legal, formal dan sah, bahwa Prabowo memang benar-benar bersalah?

Menhankam/Pangab Jenderal Wiranto bersama Presiden Soeharto.

Sebenarnya banyak orang yang sudah tahu!

Sebenarnya mereka, orang-orang PDI-P juga sudah tahu!

Mereka tahu siapa sesungguhnya dalang sebenarnya, yang kini justru jadi mitra koalisi mereka sendiri.

Mereka tahu, karier gemilangnya Prabowo dihancurkan oleh karena ambisi sang Panglima TNI saat itu!

Mereka tahu bahwa Prabowo adalah sosok yang bersih, dan layak menjadi pemimpin negeri ini. Makanya mereka senang dan cocok untuk berkoalisi dengan Prabowo dalam Pemilu 2009 yang lalu.

No comment !!!

Lalu, mengapa kini, isu-isu basi yang penuh rekayasa itu ditiupkan lagi? Apa karena capres kalian sebenarnya tak punya kelebihan?

Saat bahasa Inggris capres kalian yang berantakan dan jadi bahan tertawaan orang asing, malah dikatakan: "Merakyat!" Bukankah ini sudah gila?! Karena ini terkait martabat bangsa di dunia internasional! Soekarno, yang kalian agung-agungkan saja begitu berapi-apinya saat berbicara dan berpidato dalam bahasa Inggris, sehingga negara-negara asing pun menjadi ciut! Bayangkan sekarang ketika calon kalian itu sudah jadi presiden, dan saat berpidato bahasa Inggris lantas diketawakan oleh para tokoh-tokoh dunia. Dan ketawa mereka bukan karena lucu, tapi karena sama sekali “nggak lucu!” alias konyol !!! Apa kata dunia !?

Saat capres kalian begitu tegang dan kaku tutur kata dan gaya bicaranya, eh …, malah dikatakan; “Memang dia bukan jago pidato, tapi jago kerja!

Anies Baswedan (atas) dan Wanda Hamidah (bawah), dua orang pintar pendukung Jokowi-JK.

Oh ya? Kerja?
Ada pertanyaan lain tentang kerja. Tolong bantu kita warga negara Indonesia untuk menjawab.

Apa kinerja dan prestasi yang sudah diberikan selama menjabat jadi Gubernur DKI? Jangan malah ngeles; “Ya, wajarlah belum 2 tahun ….” Kalau memang paham dan menyadari itu, kenapa jadi kutu loncat?

Tuntaskan kerjaan dulu dong, baru bicara prestasi!

Ya, kami kecewa saat tokoh-tokoh dan publik figur dengan santainya berbicara, memutarbalikkan fakta, dan dengan entengnya memakai kepintarannya untuk membodohi masyarakat Indonesia.

Untungnya, Tuhan tak bisa kau bodohi juga!

Dan kalian hanya bisa berkampanye dengan cara ‘bencilah dia!’

Fadjroel Rachman (kiri) dan Budiman Sudjatmiko (kanan).

Tokoh yang Berkampanye Halus tapi Hitam
Anies Baswedan bilang: “Kami hanya ingin membantu orang baik. Kalau kita memilih pemimpin yang bermasalah nanti kita akan ikut kena masalahnya.

Sungguh halus cara kampanyemu wahai Anies, seorang Rektor muda yang berpendidikan tinggi. Anda itu benar-benar pintar atau sok berlagak pintar? Pura-pura tidak paham politik atau memang sebenarnya tidak paham politik?

Juga omongan politikus PAN, Wanda Hamidah: “Nanti (kalau Prabowo menang) kita punya anak terus hilang, enggak pulang-pulang (diculik) karena mengkritisi pemerintahan ... baru nyesel ....

Gerakan hari ini sekedar mengingatkan saja, bahwa kita pernah menentang sistem otoriter (Orba). Enggak enak hidup di zaman itu,” ujar Wanda.

Sungguh cerdas ucapanmu wahai artis cantik, seorang kader PAN yang kini omongannya bukan hanya menukik tajam, tapi juga menghujam dan menikam partai yang selama ini sudah membesarkannya.


Dan fitnah yang membawa-bawa nama cawapres pasangannya juga ikut dibahas.

Tokoh PRD, Budiman Sudjatmiko, yang kini jadi anggota DPR-RI dari PDI-P, juga mencuit melaui twitter: “Pantas kita tak bisa berdaulat di bidang energi: (“@ rahung: @ killthedj, Hatta Radjasa Diduga Terlibat Mafia Migas!

Sungguh cerdas engkau Budiman, bukumu sudah 2 jilid dan tebal-tebal, tapi komentarmu yang ringan dan mulus (telanjang) menunjukkan kualitasmu sebenarnya. Begitu mudahnya kau berkicau meskipun kental dengan fitnah.

Dan tak mau ketinggalan, aktivis Fadjroel Rachman, juga berkata: “Urusan lain belakangan, yang penting culik dulu! tangkap dulu!

Sungguh jujur engkau wahai mantan aktivis yang kini lalu lalang di televisi, sungguh mencerahkan kata-katamu. Padahal kamu dulu yang mengalami langsung juga tahu, kalau aktor dan dalang yang sebenarnya adalah “orang itu” yang sekarang berada di koalisimu.


Bisakah ???
Bisakah kalian berkampanye dengan menunjukkan: “Apa Kehebatan Calon Presiden Kalian ?!

Apa kalian hanya ingin berkampanye dengan selalu mengatakan: “Aku takut dengan dia! Karena banyak desas-desus. Makanya aku tak pilih dia!

Apakah kalian memilih presiden hanya sebagai pelarian semata? Sehingga urusan mampu atau tidak, sanggup atau tidak, layak atau tidak adalah urusan belakangan?

Apakah kalian memang ingin memenangi pertandingan dengan cara “diving”*) dan meminta-minta wasit agar memberi penalti? Kemenangan dari titik putih (penalti) hasil diving, adalah kemenangan yang najis!

Relakah kita dipimpin oleh kemenangan dari hasil sandiwara dan dusta dimana-mana?

Maka, siapapun idola Anda, silakan. Ini negeri bebas dan merdeka, tapi tidak untuk bohong, dusta dan sandiwara! Berkampanyelah dengan sikap ksatria. Tunjukkanlah keunggulan calon-calon Anda. Berhentilah membodohi masyarakat, karena kalian sudah dianugerahi Tuhan sebagai orang-orang yang pintar, cerdik dan cendekia.

Dan tentu saja, Tuhan tidak bisa kalian bodohi!
Salam Damai.

Wassalamu ‘alaikum Wr Wb.

Catatan:
*) Diving (dialihkan dari bahasa Inggris: menyelam), adalah istilah dalam dunia sepak bola yang mengacu pada tindakan pemain yang sengaja beraksi seperti terjatuh dan kesakitan setelah menerima perlakuan baik sengaja, tidak sengaja, atau yang lebih ekstrim bahkan hanya disentuh oleh lawan. Diving biasa dilakukan agar pemain dan timnya mendapatkan keuntungan berupa tendangan bebas, tendangan penalti, bahkan dikeluarkannya pemain lawan yang dianggap mengasari pemain yang melakukan diving. (wikipedia.org)

Sumber:
Kevin Julianto
http://politik.kompasiana.com/2014/06/07/jujur-aku-kecewa-tokoh-tokoh-panutan-yang-berkampanye-hitam-660321.html

No comments: